detail
Browsing Category
Atmowidjojo Sampai sebelum kemerdekaan Indonesia, para peneliti asing sering kali tidak dapat menemani dan mengawasi kegiatan penelitian di Sangiran. Dalam setiap penelitian, mereka membutuhkan putra-putra pribumi yang menguasai lapangan, untuk menunjukkan lokasi-lokasi potensial penyimpanan fosil dan melakukan penggalian. Temuan-temuan dilapangan pun acap kali dikirim dengan peti-peti kayu,...
Andoyo, mantri kelahiran Jawa yang memiliki pengetahuan paleontologi dan stratigrafi, membantu pejabat Hindia Belanda untuk urusan survey wilayah. Namanya tercantum dalam laporan survey tahun 1931 hingga 1936 sebagai pencatat atau petugas observasi (leerling opnemer). Di lapangan, ia berhasil mengirim 250 fosil dari 180 lubang penggalian ke pusat survey,...
Di antara mereka: para penemu sebenarnya, Toto Marsono adalah tokoh dengan peran beragam dan memiliki catatan panjang mengenai keterlibatan pencarian fosil prasejarah di Sangiran. Catatan itu merekam kiprahnya sejak era von Koenigswald di tahun 1934-1940, hingga era sesudahnya, sampai Balai Penyelamatan Fosil Sangiran didirikan di Desa Krikilan...
Koleksi fosil ini dikumpulkan selama kurun penelitian von Koenigswald di Sangiran, dari 1936 sampai 1941. Dari masa penemuannya di Sangiran hingga dia wafat, “Koleksi von Koenigswald” seakan tak terpisahkan dari dirinya. Disembunyikan pada masa Perang Dunia II, kemudian hijrah ke Amerika Serikat, hingga kembali...
Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945, selangkah demi selangkah penelusuran jejak kehidupan purba Sangiran yang beku di masa pendudukan Jepang kembali dilanjutkan oleh Teuku Jacob, S. Sartono, dan R.P Soejono, murid-murid von Koenigswald. Sewindu kemudian pada tahun 1953, temuan fosil rahang bawah dan geligi hominid diumumkan...
Proyek Penelitian Paleoantropologi Nasional (1963) melakukun kegiatan penelitian gabungan di Sangiran yang diprakarsai oleh T. Jacob (UGM) dengan melibatkan Jawatan Purbakala dan Jawatan Geologi karena selepas Perang Pasifik, penelitian paleoantropologi di Indonesia seolah beku, sementara fosil hominin Sangiran terus bermunculan. Pada Agustus 1963, seorang petani lokal mengangkat...
Perang Pasifik usai. Jepang hengkang dari Nusantara. 17 Agustus 1945, Hindia Belanda memproklamirkan nama barunya: Indonesia. Di dalam negeri, kehidupan kembali menggeliat. Bagaimanapun, ranah penelitian manusia purba yang beku di masa pendudukan Jepang tak serta- merta kembali hangat seperti semula. Selangkah demi selangkah, penelusuran jejak kehidupan...
RP.Soejono memulai kiprahnya di Sangiran pada 1962. Di tahun itu, terbentuk Proyek Penelitian Paleoantropologi Nasional dengan dukungan dana dari Menteri Riset Nasional. Pada rangkaian proyek penelitian di Dusun Tanjung, ahli arkeologi ini berkolaborasi dengan Teuku Jacob—ahli antropologi ragawi, dan Sartono—ahli geologi. Ini adalah awal kolaborasi mereka—tiga...
Saat melakukan penelitian di Desa Mlandingan pada bulan November 1960, Sartono menemukan fosil rahang bawah dari Formasi Pucangan. Fosil yang kemudian diidentifikasi sebagai milik Homo erectus ini dinamai Sangiran 9. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 13 September 1969, Towikromo, warga Dusun Pucung, menemukan fosil tengkorak....