Metode pembelajaran yang inovatif
dan interaktif menjadi semakin penting untuk menarik minat serta memaksimalkan
potensi belajar siswa. Salah satu cara efektif untuk mencapai tujuan tersebut
adalah melalui kunjungan edukatif ke lokasi-lokasi bersejarah dan berbudaya.
Hal ini sangat disadari oleh Sekolah Dasar Negeri 03 Jetis sehingga memutuskan
mengunjungi Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan pada hari Rabu, 24
September 2025.
Rombongan sejumlah 215 peserta dengan
137 siswa, 69 orang pendamping dan 9 orang guru sebagai bagian dari program
pendidikan yang holistik dan menyeluruh bagi siswa sekolah dasar. Dalam
keterangannya, Setiyawati, selaku Kepala Sekolah SDN 03 Jetis mengungkapkan
tujuan kunjungan ini adalah untuk, “Pengayaan pengetahuan, pengalaman belajar interaktif,
pengembangan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan rasa ingin tahu, dan memupuk
rasa apresiasi terhadap warisan budaya”.
Pengetahuan tambahan didapat
siswa SDN 03 Jetis dengan menyaksikan pemutaran film berjudul “Balung Buto”.
Film yang berjudul “Balung Buto” menyampaikan sebuah kisah masa lalu yang
diceritakan kembali guna mengingatkan bahwa selain memberi bukti ilmiah tentang
kejayaan Homo erectus, Situs Sangiran memiliki kisah rakyat yang
diturunkan dari generasi ke generasi.
Film ini memberi pengajaran bagi
generasi penerus, seorang anak yang awalnya tidak mengetahui Sangiran,
diperkenalkan melalui fosil-fosil yang ada di museum dan diceritakan kisah masa
lalu tentang Balung Buto. Cerita tentang perang antara kebaikan yang diwakili
oleh Raden Bandung melawan angkara murka yang terwakili dari Raja Raksasa,
Tegopati. Perang yang akhirnya dimenangi Raden Bandung, kemenangan bagi
kebenaran yang merupakan hasil kerja keras. Terjadi proses kerja keras yang
dilakukan Raden Bandung agar dapat menang dan mengalahkan Tegopati.
Setelah pemutaran film berakhir,
para siswa diminta pendapatnya tentang museum serta koleksi dan film yang telah
diputar. Berbagai pendapat dilontarkan oleh para siswa yang merupakan siswa
kelas I-VI. Untuk mengawali dialog, siswa ditanya apa saja yang mereka saksikan
di museum yang kemudian dijawab dengan berbagai pendapat mereka.
“Fosil”
“Banteng”
“Gajah”
“Buaya”
“Tengkorak”
“Manusia Purba”
Pendapat tersebut menjadi bukti
bahwa pembelajaran luar kelas, belajar langsung dengan melibatkan pengalaman
dilapangan lebih memudahkan siswa untuk paham materi pembelajaran. Sebuah bukti
generasi penerus yang mendapat pengalaman langsung melalui museum. Museum yang
bukan hanya menyajikan kisah masa lalu tetapi juga memberi edukasi sesuai
dengan tema museum. (Wiwit Hermanto)