Peningkatan wawasan
kebudayaan perlu dilakukan di sekolah dengan tujuan memperkenalkan dan
melestarikan nilai-nilai budaya. Program ini membantu siswa menghargai
keberagaman, mengembangkan pemikiran kritis, dan membangun karakter positif
seperti toleransi dan nasionalisme. Program dapat dilakukan dengan cara mempelajari
kebudayaan lokal, seni, dan adat istiadat, serta memahami nilai-nilai dan
sejarahnya, baik di Indonesia maupun di dunia. Upaya ini penting untuk
memperkuat jati diri bangsa, memupuk toleransi terhadap keberagaman,
meningkatkan rasa persatuan, dan mempertahankan warisan budaya dari kepunahan
di era modern.
SMA
N 1 Kasihan, Bantul mengaplikasikan program ini dengan mengunjungi Museum
Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan untuk belajar langsung tentang warisan
budaya. Kunjungan ini dilakukan pada hari Kamis, 25 September 2025 dengan 288
siswa dan 18 pendamping. Pada kunjungan ini, rombongan diajak menyaksikan
berbagai tinggalan warisan budaya yang dipamerkan di museum serta menyaksikan
pemutaran film.
Salah satu yang
menarik perhatian adalah display “Sentuh Aku” di ruang pamer 2 Museum Manusia
Purba Sangiran Klaster Krikilan. Fosil yang boleh di sentuh itu berupa fosil
gajah purba yang terdiri dari rahang atas, paha kiri dan kanan, serta
gading gajah purba. Dengan menyentuhnya, diharap dapat menambah pengalaman
pengunjung akan seberapa keras fosil itu, teksturnya seperti apa dan juga
mengajak pengunjung ke kehidupan gajah purba sekitar 700.000-300.000 tahun yang
lalu.
Pada display
ini, pengunjung merasakan sensasi yang tidak akan di dapat di tempat lain, merasakan
seperti apa fosil itu dengan menyentuhnya secara langsung. Pengunjung diijinkan
menyentuh agar dapat merasakan dan membuktikan bagaimana fosil itu
sesungguhnya. Fosil yang boleh di sentuh itu berupa fosil gajah
purba yang terdiri dari rahang atas, paha kiri dan kanan, serta
gading gajah purba. Dengan menyentuhnya, diharap dapat menambah pengalaman
pengunjung akan seberapa keras fosil itu, teksturnya seperti apa dan juga
mengajak pengunjung ke kehidupan gajah purba.
“Keras”
“Seperti kayu”
Ada retaknya”
Ada patahnya”
Demikian
komentar mereka sesaat setelah menyentuh fosil gajah purba di display “Sentuh
Aku”. Ada yang merasa geli dan merasa khawatir untuk menyentuh, setelah melihat
rekannya, kemudian memberanikan diri menyentuh dan merasakan sendiri sensasinya
yang kemudian bertanya, “Gadingnya retak kenapa?”.
Sebuah cerita
tentang sensasi yang dirasakan saat mengunjungi Museum Manusia Purba Sangiran
Klaster Krikilan. Kehadiran fragmen-fragmen fosil gajah purba itu membawa
pengunjung kembali ke masa kejayaan mereka. Menunjukkan gajah sebagai hewan
perkasa pada jamannya dan semoga kisah ini membawa inspirasi bagi rombongan
untuk mengetahui sebuah kisah dari masa lalu yang terjadi di Sangiran. (Wiwit
Hermanto)