Judul Buku : Prehistory of Indonesia : Value and Display
Editor : Harry Widianto, Truman Simanjuntak, Marlia
Yuliyanti Rosyidah, Francois Semah
Penerbit : Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia
Dimensi : 23,5 x 33,5 cm
Cetakan : 1, tahun 2025
Sinopsis :
Buku ini memperkenalkan
Prasejarah Indonesia dan Museum-Museum Prasejarah di Indonesia. Pembagian
konten dalam buku ini terbagi atas tiga bagian pokok.
Bagian pertama menggambarkan
hasil rekonstruksi kehidupan prasejarah Indonesia dengan dinamika perkembangannya,
sejak kehadiran manusia pertama hingga nusantara mengenal budaya tulisan. Hasil
rekonstruksi ini pijakan bagi pembahasan-pembahasan
selanjutnya dalam buku ini. Untuk
memperluas pemahaman tentang prasejarah Indonesia, bagian ini dilengkapi dengan
fitur-fitur yang membahas tentang tentang evolusi lingkungan. Di antaranya
menyangkut paleogeografi, paleoiklim, dan paleovegetasi yang mewarnai dinamika
kehidupan, serta fitur tentang genetika manusia Nusantara. Masih untuk tujuan
memperkaya pemahaman, bagian ini juga dilengkapi dengan bahasan situs-situs
prasejarah yang sudah mendunia. Mendunia dalam arti situs tersebut sudah
dikenal luas di lingkup internasional, karena kandungan tinggalannya yang
memberikan kontribusi bagi pemahaman evolusi kemanusiaan dan peradaban.
Bagian kedua buku menampilkan
profil museum-museum prasejarah di Indonesia. Dari 28 museum yang kami
tampilkan, dua di antaranya, yaitu Museum Nasional dan Museum Daerah Maros,
memang menampilkan koleksi dan informasi dari berbagai periode, tetapi kami
menyertakannya karena memiliki koleksi prasejarah yang penting bagi pemahaman
tentang akar peradaban.
Bagian ketiga buku ini memberikan
rangkuman (overview) tentang prasejarah Indonesia sebagai muara dari
pembahasan-pembahasan sebelumnya. Berdasarkan rangkuman ini, maka kita
menghubungkannya dengan keberadaan museum-museum prasejarah, hingga memperoleh
gambaran tentang kondisi dan perspektif pengembangannya. Kenyataan masih banyak
pekerjaan yang dibutuhkan dalam pemajuan museum-museum. Di antaranya perlunya
masing-masing museum memasyarakatkan potensi-potensi situs atau kewilayahan
prasejarah dalam bingkai rekonstruksi Prasejarah Indonesia. Pemasyarakatan dan
penekanan potensi kewilayahan di satu sisi akan menghindari ketumpang-tindihan
informasi pada masing-masing museum, sementara di sisi lain akan memperlihatkan
kekhasan tinggalan prasejarah kewilayahan di balik kesamaan dalam konteks
regional. Dengan demikian keseluruhan museum akan menggambarkan kekayaan dan
dinamika perjalanan prasejarah Indonesia.
0 Comments