×
Blog Image
23 December 2025 No Comments 5 2 min read

Sangiran 17 Memperkenalkan Kejayaan Homo erectus di Sangiran

Sangiran 17 atau dikenal juga dengan sebutan Pithecanthropus VIII merupakan salah satu temuan sisa manusia jenis Homo erectus yang penting dari Sangiran. Temuan tengkorak ini memiliki bagian wajah yang hampir utuh, volume otak sekitar 900 cc, dan menjadi acuan utama untuk rekonstruksi wajah manusia purba serta dipajang di museum bergengsi dunia sebagai mahakarya evolusi manusia. Hal ini yang membuat temuan Sangiran 17 menjadi masterpiece yang ditemukan di Situs Sangiran. Disebut sebagai Sangiran 17, sesuai nomor seri penemuan yang diberikan, temuan fosil tengkorak Homo erectus yang ke-17.

Ditemukan pada endapan tanah Formasi Kabuh berusia 800.000 – 700.000 tahun silam, hadir dalam wujud tengkorak serta bagian wajah yang relatif utuh. Hal ini membuat temuan ini disebut sebagai temuan Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara.  Sangiran 17 merupakan tengkorak yang paling lengkap, karena memiliki wajah yang terkonservasi dengan baik. Selain wajah yang terkonservasi dengan baik, temuan ini terdapat rahang dan gigi, sehingga sangat penting untuk memahami fitur wajah manusia purba. Duplikat S17 banyak dikoleksi dan dipajang di museum paleoanthropologi terkemuka di seluruh dunia dan dijadikan referensi penting untuk merekonstruksi wajah Homo erectus. Selain itu, temuan ini juga menjadi tolok ukur dalam kajian manusia purba global.

Ditemukan oleh Tukimin dan Towikromo di Dusun Pucung, Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun 1969.  Lokasi tersebut berada di sebelah selatan Sungai Cemoro, Sungai yang yang membelah Situs Sangiran menjadi 2 bagian. Utara Sungai masuk Kabupaten Sragen, dan Selatan Sungai masuk Kabupaten Karanganyar. Situs ini menyimpan masa kepurbakalaan lebih dari 1 juta tahun silam dengan berbagai kisahnya.

Sangiran 17 menjadi salah satu artefak paling berharga di Situs Sangiran, sebuah Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO, yang menawarkan pemahaman mendalam tentang jejak evolusi manusia di Indonesia.  Kebanyakan situs-situs yang termasuk Formasi Kabuh di sepanjang Kali Pucung lebih menceritakan suatu zaman di saat Homo erectus perlu menyesuaikan diri terhadap iklim dengan musim kemarau yang panjang, dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh letusan-letusan gunung berapi. Keberadaan Sangiran 17 mampu mengisahkan masa lampau di masa kini, memperkenalkan kejayaan Homo erectus yang pernah hidup di Sangiran.
0 Comments