Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan memberikan
kesempatan pengunjung merasakan sensasi yang tidak akan di dapat di tempat lain.
Sensasi untuk merasakan seperti apa fosil itu dengan menyentuhnya secara
langsung. Pengunjung diijinkan menyentuh agar dapat merasakan dan membuktikan
bagaimana fosil itu sesungguhnya.
Kejayaan gajah purba tersebut disajikan melalui display “Sentuh
Aku” di ruang pamer 2 Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Fosil
yang boleh di sentuh itu berupa fosil gajah
purba yang terdiri dari rahang atas, paha kiri dan kanan, serta
gading gajah purba. Dengan menyentuhnya, diharap dapat menambah pengalaman
pengunjung akan seberapa keras fosil itu, teksturnya seperti apa dan juga
mengajak pengunjung ke kehidupan gajah purba sekitar 700.000-300.000 tahun yang
lalu.
Salah satu rombongan yang merasakan sensasi ini adalah Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Teladan Yogyakarta pada hari Kamis, 17 April 2025.
Kunjungan ini merupakan kegiatan Field Trip sekolah yang sudah rutin
diagendakan oleh sekolah. Heri Setiawan selaku Kepala Sekolah SMP Teladan
Yogyakarta mengungkapkan Field Trip ke Museum Manusia Sangiran Klaster Krikilan
ini bertujuan, “Guna melengkapi pengetahuan dan informasi mengenai Sangiran dan
masa prasejarah”.
“Keras”
“Seperti kayu”
Ada retaknya”
Ada patahnya”
Demikian komentar mereka sesaat setelah menyentuh fosil gajah
purba di display “Sentuh Aku”. Ada yang merasa geli dan merasa khawatir untuk
menyentuh, setelah melihat rekannya, kemudian memberanikan diri menyentuh dan
merasakan sendiri sensasinya yang kemudian bertanya, “Gadingnya retak kenapa?”.
Pertanyaan maupun komentar lain muncul dari rekan-rekan lainnya, “Awalnya
saya takut, agak geli mau menyentuh tapi setelah saya sentuh jadi tahu bagaimana
fosil itu”, ungkap salah satu anak.
Sebuah cerita tentang sensasi yang dirasakan saat mengunjungi
Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Krikilan. Kehadiran fragmen-fragmen fosil
gajah purba itu membawa pengunjung kembali ke masa kejayaan mereka. Menunjukkan
gajah sebagai hewan perkasa pada jamannya dan semoga kisah ini membawa
inspirasi bagi rombongan untuk mengetahui sebuah kisah dari masa lalu yang
terjadi di Sangiran. (Wiwit Hermanto)