×
Blog Image
03 November 2025 1 Comments 88 2 min read

Tari Purba Menjadi Pembuka Sangireka

Sangireka merupakan pesta budaya yang dihelat untuk menyajikan berbagai budaya yang hidup dan memberi warna untuk Situs Sangiran. Berbagai budaya masyarakat ditampilkan, pada tanggal 2 November 2025, sebagai pembuka acara, ditampilkan Tari Purba dari Desa Dayu. Karya yang mereka tampilkan mengambil kisah dari kehidupan mereka yang berada di tengah-tengah Situs Sangiran. 
Karya tari yang mereka bawakan dalam berbagai pementasan menceritakan kisah masa lalu yang terjadi di Situs Sangiran saat manusia purba berjenis Homo erectus berjaya di situs ini. Tari ini, "Menceritakan kehidupan manusia purba yang hidup di Sangiran, di awal mereka hidup mencari makan dengan berebut. Kemudian lama kelamaan mereka berpikir bahwa hal itu tidak membawa manfaat sehingga mereka bersatu untuk mencari makanan dan kemudian membagi makanan untuk dimakan bersama-sama", jelas Warseno selaku ketua Kelompok Tari Purba.
Terdapat pesan dalam tari yang dibawakan kelompok ini, manusia sebagai makhluk sosial harus hidup rukun dalam kebersamaan. Pertikaian akan menimbulkan kesengsaraan bagi semua pihak, kebersamaan dalam kedamaian dalam mencapai tujuan bersama menjadi pilihan terbaik. Pesan tersebut makin kuat tertancap dalam karya yang mereka tampilkan karena anggota kelompok ini terdiri dari berbagai latar belakang sosial ekonomi. 
Pesan yang sangat jelas disampaikan kepada para penikmat seni saat mereka mementaskan karyanya. Sebuah pesan dari masa lalu untuk kita yang ada di masa kini untuk hidup bersatu dalam kedamaian. Sebuah upaya keras yang terus dilakukan Kelompok Tari Purba dalam berperan melestarikan Situs Sangiran, sebuah tempat di mana mereka hidup dan mencari penghidupan. 
Setelah menampilkan karyanya dalam sebuah tari, Warseno mengaku senang dan bahagia sekaligus menjadi cambuk bagi penampilan mereka selanjutnya. “Senang, gimana lagi, nggak bisa berkata-kata, saya salut dengan tampilan kolaborasi tari purba, begitu semangatnya”, jelasnya.
Penampilan kali ini merupakan perpaduan penari anak dengan penari dewasa, menjadi awal bagi regenerasi sekaligus mengkolaborasi kemampuan setiap anggota tari ini. Sebuah tantangan besar yang diakui Warseno sungguh berat, “Kami latihan 5x, ternyata sulit memadukan itu penari dewasa dan anak-anak”. 
Sebuah tantangan yang coba dijawab oleh kelompok ini, maju untuk berkarya dan menjadi kebanggaan saat karyanya dihargai oleh penonton. “Bangga ditonton orang banyak, apalagi jika ada pejabat yang menyaksikan”, jelas Tio yang merupakan salah satu penari Tari Purba. (Wiwit Hermanto)
1 Comments