×
Blog Image
04 November 2025 No Comments 55 2 min read

Tari Rempeg Balung Buto Dalam Sangireka

Sangireka merupakan pesta budaya yang dihelat untuk menyajikan berbagai budaya yang hidup dan memberi warna untuk Situs Sangiran. Berbagai budaya masyarakat ditampilkan, pada tanggal 2 November 2025 di Lapangan Desa Krikilan. Berbagai budaya masyarakat yang mendiami situs ini diberi kesempatan tampil untuk mengenalkan kesenian yang dibawakannya. Salah satu penampil itu berasal dari Desa Manyarejo, Plupuh, Sragen yang menampilkan Tari Rempeg Balung Buto.

Tari ini merupakan tari kreasi dari warga Desa Manyarejo yang merupakan salah satu desa di Situs Sangiran. Diciptakan tahun 2022 dari program revitalisasi cagar budaya yang digagas Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang berkolaborasi dengan Institut Seni Indonesia Surakarta yang didukung penuh Masyarakat Desa Manyarejo.

Tari ini mengangkat mitos Balung Buto yang divisualisasikan dalam bentuk tarian modern yang berpatokan pada kearifan lokal Desa Manyarejo. Tari Rempeg Balung Buto merupakan tari hiburan, tari rancak, tari kreasi yang diciptakan sebagai sarana hiburan.

Didalamnya, terselip nilai-nilai mitos Balung Buto, bahwa di masyarakat Sangiran khususnya di Manyarejo banyak ditemukan fosil-fosil yang menjadi kunci dalam penelitian. Masyarakat pada awalnya mengenal fosil dengan sebutan Balung Buto.

Tari Rempeg Balung Buto menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan kembali mitos ini pada generasi muda. Sebuah mitos yang dahulu berjaya karena dipercaya oleh masyarakat sebagai benda magis bahkan dapat menjadi obat bagi beberapa penyakit. Melalui Tari Rempeg Balung Buto, dapat untuk melestarikan Situs Sangiran sekaligus memperkenalkan kesenian yang ada di masyarakat.

Kearifan lokal yang diangkat dalam tari ini merupakan ciri khas Desa Manyarejo yang penuh dengan keramahan, menjunjung tinggi adat istiadat, tolong menolong, gotong royong, dan menyambut tamu yang datang dengan tangan terbuka. Dalam penampilannya, para penari terlihat tampil dengan percaya diri tinggi dengan menjaga ritme dan kekompakan dengan mengikis perasaan grogi karena banyak yang menonton penampilan mereka.

Selain itu, penonton berasal dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, bahkan terdapat penonton dari luar negeri. Paimin yang merupakan pengurus kelompok tari ini mengungkapkan bahwa ada yang berbeda dengan penampilan mereka kali ini, “Ya tentu saja beda tapi salut anak anak bisa adaptasi dengan cepat”, jelasnya.

Menampilkan karya yang disaksikan penonton dengan latar belakang budaya berbeda, mengenalkan kisah Balung Buto pada penonton yang begitu menikmati penampilan mereka. Kisah masa lalu yang ditampilkan melalui sebuah tarian yang lahir dari rahim masyarakat di tengah Situs Sangiran.

0 Comments