Sangireka merupakan pesta budaya yang dihelat untuk menyajikan berbagai budaya yang hidup dan memberi warna untuk Situs Sangiran. Berbagai budaya masyarakat ditampilkan, pada tanggal 2 November 2025 di Lapangan Desa Krikilan. Berbagai budaya masyarakat yang mendiami situs ini diberi kesempatan tampil untuk mengenalkan kesenian yang dibawakannya. Salah satu penampil itu berasal dari Desa Manyarejo, Plupuh, Sragen yang menampilkan Tari Rempeg Balung Buto.
Tari
ini merupakan tari kreasi dari warga Desa Manyarejo yang merupakan salah satu
desa di Situs Sangiran. Diciptakan tahun 2022 dari program revitalisasi cagar
budaya yang digagas Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran yang
berkolaborasi dengan Institut Seni Indonesia Surakarta yang didukung penuh
Masyarakat Desa Manyarejo.
Tari ini mengangkat mitos Balung Buto yang divisualisasikan
dalam bentuk tarian modern yang berpatokan pada kearifan lokal Desa Manyarejo.
Tari Rempeg Balung Buto merupakan tari hiburan, tari rancak, tari kreasi
yang diciptakan sebagai sarana hiburan.
Didalamnya, terselip nilai-nilai mitos Balung Buto, bahwa
di masyarakat Sangiran khususnya di Manyarejo banyak ditemukan fosil-fosil yang
menjadi kunci dalam penelitian. Masyarakat pada awalnya mengenal fosil dengan
sebutan Balung Buto.
Tari Rempeg Balung Buto menjadi salah satu sarana
untuk memperkenalkan kembali mitos ini pada generasi muda. Sebuah mitos yang
dahulu berjaya karena dipercaya oleh masyarakat sebagai benda magis bahkan
dapat menjadi obat bagi beberapa penyakit. Melalui Tari Rempeg Balung Buto, dapat untuk melestarikan
Situs Sangiran sekaligus memperkenalkan kesenian yang ada di masyarakat.
Kearifan
lokal yang diangkat dalam tari ini merupakan ciri khas Desa Manyarejo yang penuh
dengan keramahan, menjunjung tinggi adat istiadat, tolong menolong, gotong
royong, dan menyambut tamu yang datang dengan tangan terbuka. Dalam
penampilannya, para penari terlihat tampil dengan percaya diri tinggi dengan
menjaga ritme dan kekompakan dengan mengikis perasaan grogi karena banyak yang
menonton penampilan mereka.
Selain
itu, penonton berasal dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, bahkan
terdapat penonton dari luar negeri. Paimin yang merupakan pengurus kelompok
tari ini mengungkapkan bahwa ada yang berbeda dengan penampilan mereka kali
ini, “Ya tentu saja beda tapi salut anak anak bisa adaptasi dengan cepat”,
jelasnya.
Menampilkan karya yang disaksikan penonton dengan latar belakang budaya berbeda, mengenalkan kisah Balung Buto pada penonton yang begitu menikmati penampilan mereka. Kisah masa lalu yang ditampilkan melalui sebuah tarian yang lahir dari rahim masyarakat di tengah Situs Sangiran.
0 Comments